MANAJEMEN EKSTRAKURIKULER “PASUSDA” DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 KEBUMEN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan manajemen ekstrakurikuler PASUSDA di SMA Negeri 2 Kebumen serta faktor pendukung dan penghambatnya. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Tempat penelitian di SMA Negeri 2 Kebumen. Subjek penelitian terdiri dari kepala sekolah, pembina, pelatih, ketua dan tiga anggota PASUSDA. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Uji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Analisis data menggunakan model analisis Interactive berupa kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan sebagai berikut. (a) Perencanaan ekstrakurikuler PASUSDA dilaksanakan pada awal tahun ajaran diawali penentuan pembina dan pelatih melalui penurunan SK. Penentuan pengurus dan anggota dilakukan dengan seleksi yang memiliki pedoman serta adanya pembuatan RKAS. (b) Pengorganisasian PASUSDA dilakukan dengan pembagian tugas dan peran pengurus PASUSDA serta pengeorganisasian sarana prasarana. Terdapat dewan senior dan dewan pertimbangan yang memiliki peran dalam pelaksanaan kegiatan, namun tidak terdapat pada struktur organisasi PASUSDA. (c) Penggerakan PASUSDA dimulai dengan konsultasi dari pengurus diteruskan pemberian petunjuk oleh pembina untuk kemudian dikomunikasikan kepada pelatih. Motivasi yang diberikan kepala sekolah dan pembina bersifat jasmani yakni pemberian reward dan susu. (d) Pengendalian PASUSDA dilakukan dengan pengawasan dan evaluasi yang terdiri evaluasi kegiatan, evaluasi penilaian anggota PASUSDA dan evaluasi dadakan, namun pelaporan untuk mengetahui pencapaian tujuan kegiatan belum dilakukan. (e) Faktor pendukung pada PASUSDA meliputi banyaknya peminat, keluaran yang berhasil, tempat latihan yang disediakan oleh sekolah untuk latihan lengkap dan hubungan yang baik dengan pengurus yang sudah purna, sedangkan faktor penghambat pada PASUSDA meliputi waktu latihan yang kurang, penentuan waktu untuk kegiatan di luar sekolah sulit dilakukan, dan dana yang dikeluarkan banyak menggunakan dana mandir